A. Karakteristik Fisik Dasar KBB (Kabupaten Bandung Barat)
Secara administratif, Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 15 kecamatan yaitu:
- Kecamatan Lembang,
- Kecamatan Parongpong,
- Kecamatan Cisarua,
- Kecamatan Cikalongwetan,
- Kecamatan Cipeundeuy,
- Kecamatan Ngamprah,
- Kecamatan Cipatat,
- Kecamatan Padalarang,
- Kecamatan Batujajar,
- Kecamatan Cihampelas,
- Kecamatan Cililin,
- Kecamatan Cipongkor,
- Kecamatan Rongga,
- Kecamatan indangkerta dan
- Kecamatan Gununghalu,
Jumlah desa sebanyak 165 desa. Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Lembang (16 desa), sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Parongpong (7 desa).
A.1) Iklim
Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung Barat < 1500 – 3500 mm/tahun. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun adalah wilayah dataran yaitu sebagian Kecamatan Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian Kecamatan Batujajar, Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan Parongpong. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2000-2500 mm/tahun adalah sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipatat, Cipongkor, Sindangkerta. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah hujan tertinggi terjadi di daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Cikalong Wetan dan Cipeundeuy.
A.2) Kemiringan Lereng
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha). Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng 8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
A.3) Ketinggian
Ketinggian di Kabupaten Bandung Barat secara umum berkisar antara 0 – 2000 m dpl. Persentase ketinggian terbesar adalah 500 – 1000 m dpl, yaitu seluas 59.614,15 ha atau sebesar 46,68% dari luas Kabupaten Bandung Barat, sedangkan ketinggian terkecil yaitu 1500 – 2000 m dpl dengan luas 10.480,39 ha atau sebesar 8,10% dari luas Kabupaten Bandung Barat.
A.4) Morfologi
Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan di lapangan morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan dan morfologi pegunungan.
A.5) Sumber Daya Air
Air Permukaan
Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai Citarum Hulu, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Bandung Barat umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan yang tersusun oleh batuan vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata. Daerah-daerah mata air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat disebut sebagai daerah yang sangat jarang dijumpai.
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan yang terdapat di daerah kajian yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).
Kondisi situ dan waduk masing-masing dapat dirinci sebagai berikut:
- Situ Ciburuy terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m3. Situ Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m3 dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km3.
- Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta m3.
- Waduk Cirata terletak kearah hilir dariWaduk Saguling yang lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volumedirencanakan sekitar 2.000 juta m3, dengan ketinggian mukaair + 220 m/dpl.
Potensi Mata air di Kabupaten Bandung Barat yaitu sebanyak 223 lokasi, yang tersebar di 12 Kecamatan di Bandung Barat dengan debit air sebesar 2-500 liter/detik untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Table 2.1 (sumber: PDAM Tirta Raharja & Badan Pengembangan Informasi Daerah/BPID KAb. Bandung). Daerah tanggkapan Air yang menjadi penyedia air tanah maupun air permukaan di Kabupaten Bandung Barat yaitu :
- Sub DAS Cikapundung (Lembang, Cisarua, Parongpong).
- Sub DAS Citarum (Cililin, Ngamprah, Batujajar, Padalarang).
Tabel 2.1
Sebaran Sumber Mata Air di Kabupaten Bandung Barat
No. |
Kecamatan |
Jumlah Mata Air |
Kisaran Debit (lit/det) |
1. | Lembang |
35 |
2,5-125 |
2. | Parongpong |
20 |
1,5-40 |
3. | Cisarua |
38 |
3,0-100 |
4. | Ngamprah |
20 |
3,0-50 |
5. | Cikalongwetan |
53 |
3,0-500 |
6. | Padalarang |
1 |
30 |
7. | Cipatat |
8 |
3,0-10 |
8. | Cililin |
12 |
5,0-60 |
9. | Batujajar |
1 |
2 |
10 | Gununghalu |
4 |
2,0-200 |
11. | Sindangkerta |
6 |
2,0-4,0 |
12 | Cipongkor |
1 |
3 |
Sumber : Dinas KIMTAWIL Kab. Bandung (2004)
Potensi air permukaan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 8 lokasi dengan debit air sebesar 630 liter/detik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.2.
Tabel 2.2
Potensi Air Permukaan Pada Beberapa Kecamatan
di Kabupaten Bandung Barat
No |
Kecamatan |
Kebutuhan Air Pipanisasi (l/d) |
Sumber Potensial |
Jarak ke Sumber (km) |
DAS (km2) |
Aliran Dasar |
|||
1989 |
2000 |
2015 |
Q5 (l/d) |
Q20 (l/d) |
|||||
1. |
Gununghalu |
5 |
5 |
5 |
Cilanang |
0,5 |
88 |
50 |
45 |
2. |
Sindangkerta |
5 |
5 |
48 |
Cicongkang |
<0,5 |
9 |
5 |
5 |
3. |
Cililin |
9 |
26 |
65 |
Cipatik |
<0,5 |
6 |
20 |
15 |
4. |
Cipongkor |
5 |
5 |
5 |
Cilanang |
0,5 |
36 |
20 |
20 |
5. |
Cisarua |
52 |
85 |
195 |
Cimahi |
<0,5 |
24 |
210 |
175 |
6. |
Cipatat |
5 |
53 |
110 |
Cirawa |
0,5 |
18 |
10 |
10 |
7. |
Cikalongwetan |
12 |
54 |
174 |
Cilurah |
0,5 |
14 |
125 |
105 |
8. |
Cipeundeuy |
5 |
5 |
28 |
Cipeundeuy |
0,5 |
19 |
170 |
145 |
SUMBER : IWACO, 1990
Potensi Pengairan dan Kondisi Pengelolaan Jaringan Irigasi dan Bendung di Kabupaten Bandung Barat yaitu sebanyak 41 Sungai dan saluran pembuangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Sungai dan Saluran Pembuang yang Mengalir di Kabupaten Bandung Barat
No |
Nama Sungai dan Saluran Pembuangan |
No |
Nama Sungai dan Saluran Pembuangan |
No |
Nama Sungai dan Saluran Pembuangan |
1 |
Cimeta |
15 |
Cikabul |
29 |
Cilutung |
2 |
Cijukung |
16 |
Cimahi |
30 |
Gadobangkong |
3 |
Cikatamos |
17 |
Cisongkat |
31 |
Cikapundung |
4 |
Cibihbul |
18 |
Cihideung |
32 |
Cidadap |
5 |
Cibarengkok |
19 |
Cikidang/Cicukang |
33 |
Cisokan |
6 |
Cipada |
20 |
Ciputri |
34 |
Ciminyak |
7 |
Cikubang |
21 |
Cikawari |
35 |
Cijere |
8 |
Cipicung |
22 |
Cicukangkawung/Cikasur |
36 |
Cilanang |
9 |
Cijambu |
23 |
Ciwaru/Cisangkan |
37 |
Cibitung |
10 |
Cimande Ageung |
24 |
Cibangban |
38 |
Cibangoak |
11 |
Ciburandul |
25 |
Cibeureum/Cigondewah |
39 |
Cijenuk |
12 |
Cipadalarang |
26 |
Cipulung |
40 |
Cimahpar, dan |
13 |
Cimalayan |
27 |
Citanjung |
41 |
Cibenda |
14 |
Cikadongdong |
28 |
Cigelap |
Sumber : Hasil Analisis 2008
b. Air Tanah
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat daerah resapan air tanah yang merupakan resapan utama atau primer meliputi bagian lereng bervegetasi lebat pada ketinggian tertentu sampai puncak gunung yang terutama dibentuk oleh batuan gunung api muda.
Selain itu, zona resapan utama meliputi pula bagian daerah pegunungan dan perbukitan berupa punggungan yang bertindak sebagai tinggian pemisahan air utama bagi sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penelitian hidrogeologi untuk menentukan batas horizontal cekunganairtanahyangdilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan GeologidanKawasan Pertambanganyangkemudian disahkan melalui Keputusan Menteri EnergidanSumber DayaMineralTahun 2003, cekunganairtanahdiJawa Barat terdapat 27 buah, dengan 2 cekunganairtanah diantaranya termasukkedalam wilayah KabupatenBandungBarat.
B. Karakteristik Kependudukan
Hal-hal yang tercakup karakteristik Kependudukan di Kabupaten bandung Barat antara lain adalah jumlah dan kepadatan penduduk setiap kecamatan, kepadatan penduduk permukiman, komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, dan laju pertumbuhan penduduk.
B.1) Jumlah dan Kepadatan Kependudukan
Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berpenduduk sekitar 1.493.238 jiwa. dengan jumlah rumah tangga (kepala keluarga) sebanyak 298.648 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 758.670 jiwa penduduk laki-laki dan 734.568 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di kelima belas kecamatan dan 165 desa di Kabupaten Bandung Barat. Dilihat perkecamatan, kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10 % dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga dengan jumlah penduduknya sebanyak 57.471 jiwa atau hanya sebesar 3,85% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat.
B.2) Komposisi Penduduk
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
Di Kabupaten Bandung Barat, setiap 100 penduduk wanita terdapat 102 penduduk pria. Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Bandung Barat berada dalam rentang usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka ketergantungan menunjukkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang produktif. Angka ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di suatu wilayah.
B.3) Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bandung Barat mayoritas berkisar di antara tiga jenjang pendidikan dasar yaitu SD, SLTP, dan SMU. Mayoritas penduduk (36,68%) mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, diikuti SMU (22,36%) dan SLTP (19,65%). Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau masih menjalani pendidikannya pada tingkat tersebut lebih kecil daripada yang telah menamatkan jenjang pendidikan, yaitu sebesar 15,26%. Hanya sebagian kecil penduduk Metropolitan Bandung yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi, yaitu tingkat diploma (2,46%) dan sarjana (2,35%).
B.4) Ketenagakerjaan
Karakteristik penduduk Kabupaten Bandung Barat dari segi ketenagakerjaan ditunjukkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tertentu. Data yang digunakan adalah data tahun 2003, dengan pengelompokkan lapangan kerja menjadi 10 sektor lapangan usaha utama. Secara keseluruhan, mayoritas penduduk (45%) bekerja di sektor perdagangan. Namun demikian, perbedaan perkembangan wilayah kabupaten/kota di menyebabkan karakteristik ketenagakerjaan di tiap kabupaten/kota berbeda-beda. Mayoritas penduduk usia angkatan kerja di Kota Cimahi bekerja di sektor industri (43,84%). Di Kota Bandung lapangan pekerjaan didominasi oleh sektor perdagangan (36,47%) dan industri (25,30%), sementara di Kabupaten Bandung lapangan pekerjaan didominasi oleh sektor industri (27, 21%) dan pertanian (26,48%). Adapun lapangan pekerjaan di Kabupaten Sumedang didominasi oleh lapangan pekerjaan pertanian (43,04%).
B.5) Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk KabupatenBandungBarat periode 2002 – 2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,58% pertahun dalam rentang waktu lima tahun. Dirinci per kecamatan, kecamatan yang paling tinggi laju pertumbuhannya selama kurun waktu lima tahun adalah Kecamatan Parongpong dengan laju pertumbuhan sebesar 3,78% per tahun sementara kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah adalah Kecamatan Cisarua dengan laju pertumbuhan penduduknya hanya sebesar 1,12% per tahun.
B.6) Proyeksi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten BandungBarat berjumlah 1.336.335 jiwa Pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2007 berjumlah 1.493.238 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan rata-rata penduduk KabupatenBandung Barat berdasarkan rentan jumlah pendudukdari tahun 2003 sampai 2007 adalah 2,58 %per tahun.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat untuk jangka waktu 20 tahun mendatang.
Jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat diakhir tahun rencana (tahun 2028) diperkirakan berjumlah 2.615.221 jiwa. Hasil dari proyeksi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada tingkat kepadatan serta daya tampung Kabupaten Bandung Barat nantinya. Selain itu juga, peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi kebutuhan penduduk terhadap ketersediaan prasarana dan sarana.
B.7) Daya Tampung
Analisis daya tampung dilakukan untuk melihat kemampuan Kabupaten Bandung Barat untuk menampung jumlah penduduk tahun 2028 mendatang. Asumsi yang digunakan untuk menghitung daya tampung adalah bahwa setiap satu kilometer persegi luas wilayah mempunyai daya tampung sebanyak 100 jiwa penduduk
Meskipun begitu perlu dilakukan arahan penyebaran penduduk supaya penyebaran penduduk yang akan datang merata dan tidak hanya terkonsentrasi di suatu tempat.
Daya tampung penduduk di wilayah Bandung Barat didasarkan pada 2 kriteria diantaranya “
¨ Kriteria “ Masih Mencukupi “, jika : daya tampung > jumlah penduduk tahun ke-n (tahun 2028)
¨ Kriteria “ Melebihi Kapasitas ”, jika : daya tampung < jumlah penduduk tahun ke-n (tahun 2028)
Berdasarkan hasil analisis perhitungan daya tampung Kabupaten Bandung Barat terhadap jumlah penduduk tahun 2028, secara umum kapasitas/daya tampung Kabupaten Bandung Barat “masih mencukupi” untuk menampung jumlah penduduk pada tahun 2028 yang berjumlah 2.615.221 jiwa. Begitu juga bila dirinci per kecamatan, daya tampung semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2028 mendatang masih dapat menampung (masih mencukupi) jumlah penduduk yang bertambah.
C. Karakteristik Ekonomi Wilayah
C.1) Peranan Ekonomi Wilayah dalam Lingkup Jawa Barat
Peranan ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam lingkup Provinsi Jawa Barat dapat dilihat darikontribusinya dan laju pertumbuhan ekonominya terhadap PDRB Jawa Barat. Secara umum kontribusi PDRB Kabupaten BandungBarat Tahun 2005-2006 berdasarkan atas dasar harga konstan 2000 terhadap PDRB totalJawa Barat tidak mengalami peningkatan (stagnan), yakni sebesar 2,35%. Walaupun kontribusinya tetap, Kabupaten Bandung Barat juga mempunyai peranan penting dalam mendukung bergeraknya perekonomiandi Provinsi Jawa Barat. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya tahun 2005-2006, LPE Kabupaten Bandung Barat lebih besar dari rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan ekonomi Kabupaten Bandung Barat termasuk yang lebih besar jika dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota yang lainnya di Provinsi Jawa Barat.
C.2) Peranan Ekonomi Wilayah dalam Lingkup Metropolitan Bandung
Kebijakan pembangunan di Jawa Barat disusun dengan membagi wilayah menjadi beberapa kawasan pembangunan, diantaranya Kawasan Bandung Metropolitan. Kawasan pembangunan ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Kontribusi PDRB atas harga konstan 2000 yang dihasilkan oleh masing-masing kabupaten/kota di Kawasan Bandung Metropolitan sangat bervariasi yang disebabkan perbedaan potensi alam, sumber daya manusia serta ketersediaan faktor-faktor produksi lainnya. Dari tahun 2005-2006, Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian Metropolitan Bandung sebesar 11,00% pada tahun 2005 dan 10,99 % pada tahun 2006. Ini berarti kontribusi yang diberikan oleh Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Metropolitan Bandung mengalami kekurangan.
C.3) Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Wilayah Kabupaten Bandung Barat
Berdasarkan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat tahun 2005-2006 atas harga konstan terungkap bahwa kontribusi sektor industri pengolahan pada tahun 2005 dan 2006 merupakan sektor yang paling dominan perannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 43,05% dan 42,73%. Walaupun paling dominan perannya tetapi sektor tersebut mengalami penurunan kontribusinya dari tahun 2005-2006 yaitu sebesar -0,32%. Penurunan kontribusi ini juga dialami pada sektor ketiga (sektor pertanian) yang paling dominan dalam memberikan sumbangan bagi PDRB Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar -0,06 %. Sektor-sektor yang mengalami penurunan kontribusi dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 adalah sektor listrik, gas dan air bersih, bangunanan/kontruksi, dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal yang demikian tersebut tidak terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor ini mengalami peningkatan kontribusi sebesar 0,48 %. Sektor ini merupakan urutan kelima yang paling dominan dalam penyumbang PDRB Kabupaten Bandung Barat, yaitu tahun 2005 sebesar 5,94% dan tahun 2006 sebesar 6,42%. Peningkatan kontribusi ini juga dialami oleh sektor kedua (sektor perdagangan, hotel dan restoran) yang paling dominan dalam memberikan sumbangan bagi PDRB Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 0,03%. Selain sektor-sektor tersebut, ada juga sektor yang kontribusinya dari tahun 2005-2006 tetap (stagnan) yaitu sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,56 % dan sektor jasa-jasa sebesar 5,17 %.
Salah satu dimensi sasaran pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dengan menggunakan indikator pertumbuhan PDRB. Dari tabel laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2005-2006 yang diukur berdasarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar Rp. 357.645,40 juta atau sebesar 6,27%. Hal ini disebabkan oleh perkembangan produksi sektor pengangkutan dan komunikasi yang menyumbang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 14,93% serta ditunjang oleh sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa serta sektor-sektor lainnya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Secara umum pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung Barat tahun 2005-2006 mengalami pertumbuhan yang positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-2006 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000
No |
Lapangan Usaha |
PDRB (Juta Rupiah) |
Kontribusi (%) |
LPE (%) |
||
2005 |
2006 |
2005 |
2006 |
|||
[1] |
[2] |
[3] |
[4] |
[5] |
[6] |
[7] |
1 |
Pertanian |
704.610,62 |
745.078,99 |
12,35 |
12,29 |
5,74 |
|
Tanaman bahan makanan |
430.526,17 |
458.134,73 |
7,55 |
7,56 |
6,41 |
|
Perkebunan |
107.201,04 |
112.058,16 |
1,88 |
1,85 |
4,53 |
|
Peternakan |
133.390,09 |
139.751,11 |
2,34 |
2,31 |
4,77 |
|
Kehutanan |
6.644,56 |
7.002,03 |
0,12 |
0,12 |
5,38 |
|
Perikanan |
26.848,76 |
28.132,96 |
0,47 |
0,46 |
4,78 |
2 |
Pertambangan dan Penggalian |
31.759,15 |
33.797,27 |
0,56 |
0,56 |
6,42 |
|
Minyak dan Gas Bumi |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
Pertambangan tanpa migas |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
Penggalian |
31.759,15 |
33.797,27 |
0,56 |
0,56 |
6,42 |
3 |
Industri Pengolahan |
2.455.936,51 |
2.590.358,47 |
43,05 |
42,73 |
5,47 |
|
Industri migas |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
Industri non-migas |
2.455.936,51 |
2.590.358,47 |
43,05 |
42,73 |
5,47 |
4 |
Listrik, Gas dan Air Bersih |
435.805,60 |
457.785,64 |
7,64 |
7,55 |
5,04 |
|
Listrik |
432.058,78 |
453.792,82 |
7,57 |
7,49 |
5,03 |
|
Gas Kota |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
Air Bersih |
3.746,82 |
3.992,82 |
0,07 |
0,07 |
6,57 |
5 |
Bangunan / Kontruksi |
144.771,82 |
153.501,58 |
2,54 |
2,53 |
6,03 |
6 |
Perdagangan, Hotel & Restoran |
1.125.609,73 |
1.197.600,97 |
19,73 |
19,76 |
6,40 |
|
Perdagangan besar dan eceran |
811.475,41 |
858.475,78 |
14,23 |
14,16 |
5,79 |
|
Hotel |
14.326,59 |
15.476,40 |
0,25 |
0,26 |
8,03 |
|
Restoran |
299.807,73 |
323.648,79 |
5,26 |
5,34 |
7,95 |
7 |
Pengangkutan dan Komunikasi |
338.688,15 |
389.251,75 |
5,94 |
6,42 |
14,93 |
|
Pengangkutan |
298.225,20 |
316.555,05 |
5,23 |
5,22 |
6,15 |
|
a. Angkutan rel |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
b. Angkutan jalan raya |
265.835,38 |
283.740,23 |
4,66 |
4,68 |
6,74 |
|
c. Angkutan laut |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
d. Angkutan sungai dan penyebrangan |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
e. Angkutan udara |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
0,00 |
|
f. Jasa penunjang angkutan |
31.389,82 |
32.814,82 |
0,55 |
0,54 |
4,54 |
|
Komunikasi |
40.462,95 |
72.696,70 |
0,71 |
1,20 |
79,66 |
8 |
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan |
172.532,52 |
181.161,84 |
3,02 |
2,99 |
5,00 |
|
Bank |
27.535,16 |
29.711,74 |
0,48 |
0,49 |
7,90 |
|
Lembaga keuangan lainnya |
4.615,00 |
4.699,26 |
0,08 |
0,08 |
1,83 |
|
Sewa bangunan |
117.029,78 |
122.305,80 |
2,05 |
2,02 |
4,51 |
|
Jasa perusahaan |
23.352,58 |
24.445,04 |
0,41 |
0,40 |
4,68 |
9 |
Jasa-jasa |
294.647,54 |
313.470,53 |
5,17 |
5,17 |
6,39 |
|
Pemerintahan umum |
75.352,94 |
79.792,94 |
1,32 |
1,32 |
5,89 |
|
Swasta |
219.294,60 |
233.677,59 |
3,84 |
3,85 |
6,56 |
|
a. Jasa sosial kemasyarakatan |
29.745,32 |
32.782,79 |
0,52 |
0,54 |
10,21 |
|
b. Jasa hiburan dan rekreasi |
3.517,31 |
3.745,49 |
0,06 |
0,06 |
6,49 |
c. Jasa perseorangan dan rumah tangga |
186.731,97 |
197.149,31 |
3,27 |
3,25 |
5,58 |
|
Jumlah Total PDRB |
5.704.361,64 |
6.062.007,04 |
100,00 |
100,00 |
6,27 |
Sumber : PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2005-2006
D.1) Karakteristik Pemanfaatan Ruang
Karakteristik pemanfaatan ruang eksisting di Kabupaten Bandung Barat dijelaskan berdasarkan pola pemanfaatan ruangnya, struktur kota-kota yang ada, serta kondisi infrastruktur wilayah.
D.2) Guna lahan Eksisting
Penggunaan lahan menurut fungsinya dapat dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan terbangun (perumahan dan perkampungan, jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan kawasan non terbangun (sawah teknis dan sawah non teknis, tegalan atau ladang, kebun, hutan, penggunaan tanah khusus dan lainnya: sungai, jalan). Berdasarkan keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bandung Barat (130.577,40 Ha), Kecamatan Gunung halu memiliki wilayah terluas yaitu 16.079,62 Ha atau 12,29%, dan Kecamatan Ngamprah memiliki luas wilayah terkecil yaitu 3.608,58 Ha atau 2,76%.
E. Karakteristik Sarana Wilayah
E.1) Sarana Perumahan
Perumahan yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat ada yang disediakan oleh pengembang/developer dan ada juga yang didirikan sendiri oleh masyarakat. Rumah yang disediakan oleh pengembang pada umumnya merupakan rumah dengan konstruksi beton (rumah permanen) sementara rumah yang didirikan oleh masyarakat beraneka ragam konstruksinya. Ada rumah dengan konstruksi beton (rumah permanen), rumah semi permanen, rumah dengan konstruksi kayu, bambu bahkan masih ada rumah yang tidak layak huni.
Data tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah rumah (rumah yang didirikan oleh masyarakat) di Kabupaten Bandung Barat berjumlah 284.180 unit. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, secara umum jumlah rumah di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 belum mampu mencukupi/memenuhi kebutuhan penduduk terhadap kebutuhan rumah sehingga seharusnya masih perlu penambahan. Hal ini dilihat dari jumlah rumah yang seharusnya ada (jumlah rumah ideal) pada tahun 2006 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah rumah yang ada pada tahun 2006.
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rumah pada tahun 2006 di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Jumlah Kebutuhan Rumah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006
No |
Kecamatan |
Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2006 |
Jumlah Rumah Tahun 2006 (Unit) |
Kebutuhan Rumah Ideal (Unit) |
Selisih |
Keterangan |
1 |
Lembang |
161.205 |
32.423 |
32.241 |
182 |
Cukup |
2 |
Parongpong |
84.608 |
11.238 |
16.922 |
-5.684 |
Perlu Penambahan |
3 |
Cisarua |
62.212 |
4.966 |
12.442 |
-7.476 |
Perlu Penambahan |
4 |
Cikalongwetan |
108.824 |
24.636 |
21.765 |
2.871 |
Cukup |
5 |
Cipeundeuy |
77.206 |
16.715 |
15.441 |
1.274 |
Cukup |
6 |
Ngamprah |
133.114 |
21.298 |
26.623 |
-5.325 |
Perlu Penambahan |
7 |
Cipatat |
117.538 |
20.029 |
23.508 |
-3.479 |
Perlu Penambahan |
8 |
Padalarang |
148.350 |
17.337 |
29.670 |
-12.333 |
Perlu Penambahan |
9 |
Batujajar |
106.724 |
17.678 |
21.345 |
-3.667 |
Perlu Penambahan |
10 |
Cihampelas |
97.663 |
16.399 |
19.533 |
-3.134 |
Perlu Penambahan |
11 |
Cililin |
84.792 |
16.888 |
16.958 |
-70 |
Perlu Penambahan |
12 |
Cipongkor |
82.160 |
35.015 |
16.432 |
18.583 |
Cukup |
13 |
Rongga |
55.854 |
15.661 |
11.171 |
4.490 |
Cukup |
14 |
Sindangkerta |
62.946 |
15.015 |
12.589 |
2.426 |
Cukup |
15 |
Gununghalu |
72.428 |
18.882 |
14.486 |
4.396 |
Cukup |
Jumlah |
145.5624 |
284.180 |
291.125 |
-6.945 |
Perlu Penambahan |
Sumber: Hasil Analisis, 2008
E.2) Sarana Pendidikan
Ketersedian sarana pendidikan di Kabupaten Bandung Bagian Barat seperti umumnya Kabupaten/Kota yang lain, terdiri atas jenjang pendidikan SD atau sederajat, SMP atau sederajat, SMP atau sederajat, dan SMU atau sederajat, baik negeri maupun swasta.
Dimana jenjang pendidikan yang mendominasi wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah SD dengan jumlah 703 unit sementara fasilitas pendidikan jenjang SMP dan SMU masing-masing berjumlah 81 unit dan 41 unit sedangkan fasilitas universitas hanya berjumlah 3 unit yang berlokasi di Kecamatan Parongpong, sarana pendidikan di Kabupaten Bandung Barat relatif tersebar di seluruh kecamatan.
E.3) Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sudah ada di beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung Barat antara lain rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas pembantu, puskesmas, praktek dokter, praktek bidan dan apotek yang tersebar di beberapa kecamatan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana kesehatan skala kecamatan pada tahun 2006 di Kabupaten Bandung Barat “tinggi”. Hal ini berarti jumlah yang ada pada tahun 2006 belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga untuk waktu yang akan datang perlu penambahan. Berdasarkan hasil analisis, tidak semua sarana kesehatan perlu penambahan untuk waktu yang akan datang karena ada sarana kesehatan yang sudah ada sekarang dapat memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun rencana. Adapun sarana kesehatan yang tidak perlu penambahan adalah sarana kesehatan berupa puskesmas sementara sarana kesehatan yang perlu penambahan adalah sarana kesehatan berupa rumah sakit bersalin, puskesmas pembantu, poliklinik, praktek dokter, praktek bidan dan apotek.
Akan tetapi khusus untuk Kecamatan Batujajar dan Cihampelas selain penambahan sarana kesehatan seperti di atas perlu juga penambahan puskesmas. Di Kecamatan Batujajar penambahan puskesmas dilakukan pada akhir tahun rencana (tahun 2028) sedangkan di Kecamatan Cihampelas penambahan harus dilakukan mulai tahun 2009 karena di kecamatan ini belum tersedia sarana kesehatan puskesmas. Adanya penambahan sarana kesehatan ini akan membutuhkan lahan sehingga perlu dicarikan lokasi yang tepat untuk sebagai lokasi sarana kesehatan tersebut.
E.4) Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat mesjid, surau/langgar, gereja, vihara dan pura. Namun beberapa diantaranya tingkat pemanfaatannya masih dirasakan terlalu berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhannya, antara lain masjid dan mushollah. Sedangkan tingkat kebutuhan akan tempat atau rumah ibadah pemeluk agama lain, seperti Kristen, Budha dan Hindu umumnya masih tinggi, sehingga perlu dilakukan penyediaan atau penambahan di beberapa kecamatan.
Berdasarkan hasil perhitungan, sarana peribadatan di Kabupaten Bandung Barat sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehinga sampai akhir tahun rencana tidak perlu ada penambahan sarana peribadatan. Untuk sarana peribadatan gereja, vihara dan pura tidak perlu ada penambahan karena jumlah yang ada sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga karena jumlah penduduk pendukung untuk ketersedian sarana tersebut tidak mencukupi.
E.5) Sarana Perdagangan
Jenis sarana perdagangan yang ada Di Kabupaten Bandung Barat meliputi pasar tidak permanen, swalayan, restoran, warung kecil, toko, hotel, wisma, Bank, koperasi dan BPR Swasta. Berdasarkan hasil perhitungan analisis, di Kabupaten Bandung Barat sarana perdagangan yang tidak perlu penambahan sampai akhir tahun rencana adalah sarana perdagangan berupa toko karena ketersediaan jumlah yang ada sekarang sudah dapat mengantisipasi kebutuhan yang akan datang. Sementara untuk sarana perdagangan pasar dan warung masih membutuhkan penambahan begitu juga dengan sarana jasa berupa bank. Sarana perdagangan yang paling banyak membutuhkan penambahan sampai akhir tahun rencana (tahun 2028) adalah sarana perdagangan berupa warung. Adanya penambahan ini berdampak juga terhadap lahan. Luas lahan yang dibutuhkan setiap sarana perdagangan dan jasa berbeda-beda.
E.6) Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Fasilitas – fasilitas yang dikategorikan dalam pelayanan umum antara lain terminal dan kantor pos. Tidak semua kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki kantor pos sebagai salah satu sarana komunikasi lewat surat menyurat. Keberadaan kantor pos ini hanya berada di beberapa kecamatan antara lain Kecamatan Ngamprah, Padalarang, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Batujajar, Cililin, Sindangkerta, dan Gununghalu. Tingkat pelayanan pun umunya rendah dibandingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil analisis, kecamatan yang membutuhkan sarana pelayanan kantor pos antara lain yaitu Kecamatan Rongga, Batujajar, Ngamprah, Cipatat, Cikalong Wetan, Cisarua, Cipongkor, dan Lembang.
Untuk sarana pemerintahan Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 2007 dan studi mengenai penentuan ibukota Kabupaten Bandung Barat ditentukan bahwa kawasan pemerintahan Kabupaten Bandung Barat terletak di Kecamatan Ngamprah. Ada beberapa alternatif lokasi (desa-desa) yang akan dipilih sebagai kawasan pemerintahan di Kecamatan Ngamprah, yaitu Desa Ngamprah, Mekarsari, Cilame, Cimareme, Pakuhaji, dan Cilame.
E.7) Sarana Rekreasi, Olah Raga dan Ruang Terbuka
Sarana rekreasi yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah berupa panorama alam, bangunan bersejarah dan situ, yang tersebar hampir terdapat diseluruh kecamatan, beberapa kawasan yang dapat dijadikan sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bandung Barat diantaranya di Kecamatan Lembang terdapat Gunung Tangkuban Perahu, Wisata Ilmiah Observatorium Bosscha, di Cisarua terdapat Wisata Curug Cimahi, dan Curug Panganten di Kecamatan Parongpong terdapat taman bunga Cihideung, di Kecamatan Sindangkerta terdapat Gunung Padang, di Kecamatan Padalarang terdapat Situ Ciburuy, di Kecamatan Cipatat terdapat Gua Pawon, di Kecamatan Cikalong Wetan terdapat Bumi Perkemahan Sela Gombong, di Kecamatan Cipeundeuy terdapat Waduk Cirata, di Kecamatan Cililin terdapat Bumi Perkemahan Curug Sawer, di Kecamatan Gunung halu dan Cipongkor berupa Curug Malela dan Makam Tiga Waliullah.